Perpustakaan yang Selalu Berbenah
Seorang lelaki yang menjadi buta ketika usianya senja pernah membayangkan bahwa surga berbentuk perpustakaan. Lelaki itu bernama Jorge Luis Borges, seorang sastrawan kenamaan yang senegara dengan Lionel Messi dan Paulo Dybala. Meski di akhir umur matanya hanya bisa melihat kegelapan, ia masih menyempatkan diri untuk membaca; ia meminta para pelayan untuk membacakan buku untuknya. Ia tetap mengkhidmati ribuan buku yang ada di perpustakaannya saban hari; sebab baginya perpustakaan adalah surga.
Imaji surga yang biasa kita bayangkan adalah sungai-sungai berair jernih mengalir di sekeliling, nada-nada syahdu memenuhi ruangan, dan wajah-wajah penuh pesona memenuhi tempat seluas langit dan bumi. Namun ada pula surga yang lain, surga yang tersusun dari rak-rak yang menyangga buku-buku; buku-buku yang menyangga kata-kata; kata-kata yang menyangga ide-ide; ide-ide yang menyangga dunia dan seisinya. Sayangnya, surga itu begitu sepi; kadang-kadang malah terlalu murung dan penuh dengan debu.
Seperti kata Borges, surga itu adalah perpustakaan.
SMA Future Gate memiliki “surga” semacam itu. “Surga” itu terletak di lantai dua, di dalam ruangan yang tak besar-besar amat, tapi cukup untuk menampung jutaan gagasan brilian dari seluruh penjuru dunia. Di dalam ruangan dingin yang dilengkapi sofa empuk dan sepasang bean bag itu kita bisa “bercakap-cakap” dengan Imam Al-Bukhari, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ben Anderson, hingga Eka Kurniawan. Kita bisa menjangkau gagasan-gagasan dan cerita-cerita umat manusia masa silam. Selalu ada yang baru di sana, selalu ada yang menyegarkan, selalu ada keindahan yang tak kita sangka-sangka.
Kalau kau membuka sebuah buku secara sembarang, membaca satu-dua halaman, boleh jadi bacaan yang sedikit itu menyisakan ingatan panjang di kepalamu. Kata-kata yang tertanam dalam buku mengabadi di pikiranmu; membuatmu gelisah, tercerahkan, atau sekadar bergumam, “Wah, iya juga ya”. Perpustakaan menyimpan misteri yang mengasyikkan, yang tak akan pernah kita sadari, sampai kita menyusurinya, membuka satu-dua buku, membacanya, dan tiba-tiba saja kita hanyut dalam kenikmatan batin.
Sejak pandemi corona melanda, Perpustakaan SMA Future Gate (lazim pula disebut sebagai LRC alias Learning Resource Center) menjadi lebih sunyi. Siswa-siswa belajar dari rumah. Para guru berkutat dengan jadwal dan materi. Para staf sibuk dengan tugas masing-masing. Hanya satu-dua orang mengunjunginya, sekadar untuk meminjam buku yang mereka perlu atau merebahkan diri di atas sofa untuk beristirahat setelah kerja yang meletihkan. Tak masalah, “surga” memang multifungsi.
Meskipun sepi, Perpustakaan SMA Future Gate tetap bergerak. Buku-buku baru berdatangan, susunan ruangan dirapikan, sudut-sudut yang berdebu dibersihkan. Berbenah menjadi kerja yang berkelanjutan.
Tidak ada yang tahu tentang masa depan, tidak ada yang tahu tentang apa yang akan terjadi satu detik dari sekarang; tidak ada yang tahu bahwa bisa saja perpustakaan yang dipersiapkan secara maksimal hari ini baru menemui hasil manisnya pada tahun-tahun mendatang. Kelak ketika wabah berakhir dan para siswa kembali beraktivitas di sekolah seperti biasa, Perpustakaan SMA Future Gate tampil lebih cakap dengan koleksi buku yang lebih lengkap.
Riwayat perpustakaan adalah riwayat peradaban. Kita bisa mencatat banyak sekali tokoh-tokoh penting yang lahir dari rahim perpustakaan; Soekarno, Mohammad Hatta, BJ Habibie—ketiganya adalah di antara banyak tokoh besar yang begitu mengakrabi perpustakaan, kedekatan mereka dengan buku-buku bagaikan kedekatan jemari dengan kuku.
Untuk itulah perpustakaan mesti disiapkan sebaik-baiknya. Sebab boleh jadi, pada suatu hari nanti, entah pagi atau senja hari, ada seorang pemuda yang duduk di perpustakaan, mulanya hanya membaca satu halaman buku dengan malas-malasan; tetapi tepat sejak hari itu, sekilas cahaya menyala di kepalanya, hidupnya seketika tercerahkan—ia tahu apa yang harus ia lakukan dan ia tahu akan jadi apa dirinya kelak.
Dengan rutinitas penambahan buku dan perbaikan di sana-sini, Perpustakaan SMA Future Gate siap menyambut “sosok-sosok tercerahkan” seperti itu, sosok-sosok yang sadar betul betapa besar jasa buku-buku kepadanya. (Erwin Setia, Penulis adalah Staf Perpustakaan SMA FG dan kolumnis di berbagai media).