10 Hari Terakhir Ramadhan Walau #DiRumahAja
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh karunia dan keberkahan dari Allah Ta’ala untuk orang yang beriman. Bukan hanya puasa saja amalan wajib yang spesial waktunya pada kesempatan ini, menunaikan zakat juga termasuk didalamya. Di masa pandemi, yang telah berlangsung menjelang 3 bulan lamanya ini. Tentu, kita tetap konsisten dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam menjaga prosedur kesehatan demi memutus mata rantai penularan virus korona. Segala ibadah yang biasanya dilakukan berjamaah, kita laksanakan di dalam rumah. Termasuk ibadah yang sangat tinggi nilainya, sebab terdapat kemuliaan malam lailatul qadar, yakni itikaf di masjid selama 10 hari penuh.
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah berkata,
من قامها جميعا أدرك ليلة القدر
“Barangsiapa menghidupkan sepuluh hari terakhir Ramadhan niscaya akan mendapati lailatul qodar.”
Menghidupkan sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan shalat, membaca al-Qur’an, do’a, sedekah, dan ibadah lainnya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz 15/431)
Sekalipun hanya di rumah, jangan sampai 10 hari terakhir, menjadikan kita turun semangat untuk mengejar ketertinggalan yang terlewat. Selain ibadah yang wajib dilaksanakan. Sudah saatnya, mempertahankan konsistensi dalam menambah frekuensi amalan jelang 10 malam terakhir ini. Amalan berbuah manis, yang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum tak ingin tertinggal setiap tahunnya. Lantas apa saja yang bisa kita jaga dan mulai jelang 10 malam terakhir walau hanya di rumah saja? Berikut beberapa di antaranya:
Pertama, Kencangkan ikat pinggang untuk penuhi amalan sunnah yang masih bisa dilakukan. Selain sahur, berbuka, dan berdoa di antara dua waktu tersebut karena merupakan saat yang dikabulkan oleh Allah. Amalan sunnah lain yang bisa digalakkan lagi adalah menjalankan shalat-shalat sunnah. Pastikan tarawih kita tak terputus di 10 malam terakhir, yakinkan bahwa menjalankan shalat dhuha minimal dua rakaat di pagi hari sudah terjaga, melaksanakan dzikir pagi dan petang serta berusaha menghafalkannya, lebih memperbanyak bakti kita kepada orang tua bila saat ini ada waktu untuk membersamainya. Serta amalan kebaikan lainnya untuk dilaksanakan dari hal-hal yang kita ketahui dan benar adanya tuntunan serta anjuran dari perintah Allah dan Rasul-Nya, Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وَكَانَ مِنْ هَدْيِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ الْإِكْثَارُ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَاتِ
يُكْثِرُ فِيهِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالْإِحْسَانِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَالصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ وَالِاعْتِكَافِ
“Di antara petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan adalah memperbanyak berbagai jenis ibadah.”
“Di bulan Ramadhan beliau banyak melakukan sedekah, perbuatan baik, tilawah al-Qur’an, shalat, dzikir, dan i’tikaf.” (Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibaad 2/30-31).
Kedua, Pasang kuda-kuda untuk selalu bersama Al Qur’an, membaca, melihat arti, dan mengkhatamkannya. Mungkin momen di rumah aja adalah waktu yang tepat bagi kita untuk semakin dalam intensitas bersama dengan Al Qur’an yang kita miliki. Belakangan ini, kita tak lagi terbebani untuk berkendara setiap hari dan berlalu-lalang bersama penatnya jalan di perkotaan dalam memulai dan mengakhiri aktifitas kehidupan. Di rumah aja adalah waktu yang terbaik bagi kita, terlebih di 10 hari terakhir Ramadhan ini. Terlebih kita mengetahui bahwa begitulah teladan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yakni Jibril ‘alaihis salam mendatangi beliau untuk mengajarkan Al Qur’an,
وكان من هديه صلى الله عليه و سلم في شهر رمضان الإكثار من العبادات فكان جبريل عليه الصلاة و السلام يدارسه القرآن في رمضان وكان إذا لقيه رمضان أجود بالخير من الريح المرسلة وكان أجود الناس وأجود ما يكون في رمضان يكثر فيه من الصدقة والإحسان وتلاوة القرآن والصلاة والذكر والإعتكاف
“Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan adalah memperbanyak ibadah. Jibril ‘alaihishshalatu wassalam mengajarkan Al Quran kepada beliau saat Ramadhan. Jika Ramadhan tiba, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi lebih dermawan bagai angin yang berembus; beliau adalah manusia yang paling dermawan dan menjadi semakin dermawan di bulan Ramadhan. Kala itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak bersedekah, berbuat kebajikan, membaca Al Quran, shalat, berzikir, dan beri’tikaf.” (Zadul Ma’ad, juz 2, hlm. 30)
Pembacaan Al Quran harus ditingkatkan dibanding hari sebelumnya, momen emas di waktu terakhir Ramadhan, sungguh sayang bila terlewatkan. Hal inilah yang dilakukan oleh para salaf terhadap Al Quran di momen terbaik Ramadhan,
أنه كان يختم القرآن في كل سبع ليال مرة، فإذا جاء رمضان ختم في كل ثلاث ليال مرة، فإذا جاء العشر ختم في كل ليلة مرة
“Sungguh, Qatadah mengkhatamkan Al Quran tiap tujuh malam. Kemudian jika bulan Ramadhan tiba, dia mengkhatamkan Al Quran tiap tiga malam. Kemudian, jika sepuluh hari terakhir Ramadhan datang, dia mengkhatamkan Al Quran sekali dalam semalam.” (Hilyatul Auliya’, juz 1, hlm. 364)
Ketiga, Istirahatkan perangkat gawai, dari game online atau drama Korea. Yakinlah, kita takkan pernah rugi bila tertinggal keduanya. Namun bila kita tertinggal untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan yang Allah beri didalamnya ribuan kebaikan, tentu penyesalan tak terhingga akan terbawa sampai akhirat nantinya. Drama Korea yang diikuti serialnya, ditonton hingga malam larut, waktu terlupa, hingga terbuai dengan alur ceritanya, sungguh tidak selayaknya diikuti oleh seorang muslim. Ia dijadikan hamba tontonan yang skenarionya dibuat oleh manusia dan tentunya tidak beriman kepada Allah Ta’ala. Kuota dan paket data tercurah, hanya untuk update mengikuti serialnya, yang kita sebetulnya tahu dan yakin, kisah hidup kita tentu takkan bisa sama nasibnya dengan cerita yang dibuat oleh sutradara disana. Bahkan kita pun tahu, para pemainnya pun memiliki nasib yang berbeda dengan peran yang dilakoni.
Bila alasannya adalah kita dapat mengambil kisah dan pelajaran dari kehidupan disana, ketahuilah kisah-kisah yang telah dicontohkan oleh para Nabi beserta para sahabatnya, lebih banyak menghasilkan faidah dan pelajaran bagi kehidupan. Terlebih bila kita mau membaca tafsir dalam Al Qur’an tentang kisah-kisah umat terdahulu, bagaimana Allah mengangkat derajatnya, menghancurkan kaum yang ingkar dan kufur, hingga hikmah lain yang diajarkan tentang hewan, sungguh seandainya kita mau membaca, selain membaca status dan pesan di sosial media, tentu kita akan mendapat pelajaran berharga darisana. Masalahnya ada pada diri kita, yang mengikuti hawa nafsu dari syaithan dalam memperdaya, hingga akhirnya kita meninggalkan membaca.
Begitu juga dengan game online, kita sadar dan paham, bahwa game online adalah aktifitas melalaikan, dan tidak pernah selesai, sekali pun mungkin hidup kita selesai di dunia. Selalu ada yang baru, cara dan taktik serta strategi, hingga pemain dan tempat baru. Kita ikuti perkembangannya, tapi sedikit dari kita mungkin yang memperbaharui keimanan kita dari waktu ke waktu. Kelalaian telah membelenggu, dan kenyamanan dalam bermaksiat telah diangkat menjadi kawan. Padahal Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Keempat, perbanyak doa, di waktu mustajab, ada kesempatan sebelum berbuka dan ketika sahur tiba. Terlebih hari kita memahami bahwa keadaan yang dihadapi tidak mudah dari urusan kehidupan, munculnya wabah penyakit, diikuti dengan pembatasan aktifitas termasuk di antaranya beribadah, hingga berkelanjutan dengan permasalahan ekonomi kaum muslimin. Adalah alasan-alasan bagi kita seharusnya untuk lebih menguatkan doa dan meminta pertolongan dari Allah Ta’ala. Di bulan Ramadhan yang mulia ini, ada waktu istimewa yang tak kita dapat mungkin di waktu selainnya. Yakni saat berbuka dan sahur. Tinggal bagaimana kita menyiasatinya, agar tidak terperdaya, lagi-lagi oleh gawai dan televisi yang menyajikan acara dengan slogan sebagai “teman berbuka” dan “penyemangat saat sahur tiba”.
Doa, adalah hal penting yang harus kita perbanyak di 10 hari terakhr Ramadhan, bagi diri, keluarga, orang tua, teman, guru, hingga kaum muslimin yang ada di negeri Indonesia ini. Salah satu doa yang berhak kita ulang-ulang adalah, semoga Allah mengangkat wabah pandemi yang menimpa negeri ini, dan negeri kaum muslimin. Semakin banyak memanjatkan doa, dan orang yang memanjatkannya. Semoga dengan itu, Allah akan memberikan pertolongannya kepada kita. Semata-mata agar kita dapat kembali bekerja, belajar, berusaha, beribadah, dan bersilaturahmi.
Terakhir, Berinfak atas harta yang masih kita punya, banyak pintu sedekah terbuka hari ini dan menanti donasi harta kita. Pintu-pintu untuk sedekah semakin mudah, seiring dengan perkembangan jaman. Dan semoga hal ini juga menjadikan rejeki yang kita miliki semakin lapang untuk diinfakkan di jalan Allah Ta’ala. Sisanya adalah kita tinggal menentukan tempat yang amanah dalam menyalurkan donasi kebaikan. Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi dengan orang baik, hawa nafsu semestinya ditekan untuk bersikap konsumtif, kepekaan hati untuk membantu sesama lebih ada, sebab berpuasa juga artinya merasakan penderitaan mereka yang sehari-hari tidak memiliki kelapangan rejeki sebagaimana kita.
Mereka ada yang makan hanya sekali dalam sehari, atau tidak makan sama sekali, bukan karena diet dan ada tujuan dunia tertentu, melainkan memang kesulitan ekonomi dan kemiskinan. Mereka bukan berarti tidak berusaha dan berharap kepada Allah, justru mereka lebih kuat hal tersebut mungkin dibandingkan dengan kita. Seharusnya kita yang berkaca, bahwa kelebihan dalam rejeki yang dimiliki, adalah jalan untuk memudahkan hisab atas harta kita hari ini. Mereka yang dhuafa, hadir sejatinya untuk kita. Menjaga diri dari tamak, pamer, dengki, dan hasad yang disebabkan oleh harta.
Maka, mari kita lakukan amalan tersisa yang dapat diraih pada sisa waktu yang ada. Mengharap keridhaan Allah semata, mengikuti sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbenah untuk menjadi diri kita yang lebih baik lagi di masa datang. (Rizki Abu Haniina, Purwokerto, 20 Ramadhan 1441 H).