Saat Remaja Mencari Identitas Diri
Adalah sebuah fenomena kini, dimana para pemuda Indonesia pada umumnya sudah berada di taraf merisaukan. Perkembangan budaya, pola pergaulan, cara berbicara, sikap dan adab terhadap orang yang lebih tua, hingga perilaku beragama keseharian yang sudah semakin tidak mencerminkan nilai-nilai kebaikan terlebih nilai keislaman sebagai agama yang mereka imani.
Saat ini tak sedikit dari pemuda yang hidup dalam belitan hedonisme, terbelenggu dalam gaya hidup apatis, dan tak terhitung jumlahnya hari ini menjadi insan egois. Semua tak lepas dari dimana mereka dididik, dibesarkan, dan di asuh. Lingkungan memiliki andil dan peran besar dalam membangun anak-anak muda. Sebagian besar penyimpangan remaja hadir disebabkan mereka menjadi anak-anak yang salah asuhan. Maka tak jarang kita dapati karakter yang mereka miliki liar, nakal, dan viral.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan moral merosot dikalangan pemuda negeri ini. Diantaranya ialah faktor keluarga yang bermasalah atau dimanjakan, faktor lingkungan dan lembaga pendidikan, faktor lemahnya pengawasan dan perhatian dari pemerintah atau instansi yang berwenang mengurus pemuda, dan yang terakhir ialah faktor jauhnya mereka dari agama yang menjadi tiang dalam kehidupan mereka. Para pemuda, merekalah aset bangsa, tumpuan keluarga, dan harapan agama bila mereka berada pada jalan yang benar. Setidaknya hal diatas merupakan masalah yang membutuhkan solusi, maka ada beberapa solusi yang dapat ditawarkan kepada para pemuda untuk menjadi baik dan memperbaiki kehidupannya di tengah keluarga, masyarakat, dan di hadapan agama.
Pertama, hendaklah setiap pemuda membenahi urusan hidupnya pertama dan utama sekali dengan bekal agama yang baik, terlebih sebagai seorang muslim sejak ia dilahirkan. Komitmen sebagai seorang muslim ialah komitmen iman dan amal. Tegaklah urusan, baiklah akhlak, sempurnalah karakter, dan selamatlah keluarga, dikabulkannya doa, dan sejahtera negara. Sebab iman dan amal shalih menjadi tumpuan kehidupan. Seorang pemuda yang menginginkan kebaikan dalam kehidupannya dan ingin dikabulkan setiap pintanya. Firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97).
Kedua, sebagai orangtua hendaknya memilihkan pendidikan bagi anaknya di tempat yang terbaik dan tidak memaksakan kepada anak sesuatu yang dirasa tidak mampu bagi anak tersebut untuk mewujudkannya. Tugas orangtua untuk memberikan pendidikan layak dan tepat bagi setiap anak-anak mereka. Tidak jarang munculnya penyimpangan ditengah masyarakat hari ini, ialah disebabkan para pemuda yang putus sekolah, juga disebabkan oleh para pemuda yang tak tahu tujuan sekolah dan salah didikan yang ia dapatkan. Dan pendidikan yang seharusnya diberikan oleh setiap anak di awal mula ialah pendidikan agama untuk menguatkan fondasi hidup dan kehidupannya. Mengajarkan anak membaca Al Qur’an adalah barang langka sekarang ini, orangtua lebih senang mengarahkan kepada pendidikan yang sifatnya keduniaan namun melalaikan pendidikan yang menjadi bekal di akhirat nanti. Padahal Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya kelak pada hari kiamat dikenakan mahkota dari cahaya yang sinar kemilaunya seperti cahaya yang sinar kemilaunya seperti cahaya matahari. Dan (bagi) kedua orangtuanya masing-masing dikenakan pula dua pakaian yang tak bisa dinilai dengan dunia. Maka kedua orangtuanya bertanya: ‘Lantaran apa kami dipakaikan (yang seperti) ini?” Maka dijawab: ‘Karena anak kalian berdua belajar Qur’an.” (HR. Al Hakim dan di nilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2914). Pengaruh pendidikan yang baik bukan hanya kebaikan bagi dirinya sendiri tapi juga bagi keluarga terkhusus orang tuanya.
Ketiga, agar setiap pemuda memilih dengan siapa mereka berteman. Tak disangkal lagi jika teman menjadi faktor berat untuk mempengaruhi jiwa seseorang. Dalam pergaulan sehari-hari, seorang teman bisa mempengaruhi teman lainnya, baik itu keburukan atau kebaikan. Oleh karena itu, banyak prestasi yang didapatkan oleh seorang pemuda disebabkan ia memilih teman yang baik dalam pergaulannya. Banyak pula pemuda yang rusak disebabkan pengaruh pergaulan dngan temannya. Ingatlah firman Allah Ta’ala, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengamil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarla bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an telah datang kepadaku….” (QS. Al Furqan : 27 – 29).
Maka dengan demikian pentingnya teman-teman yang mengajak kepada ketaatan untuk mempengaruhi kualitas kepribadian dan karakter seorang remaja. Firman Allah, “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (QS. Al Kahfi : 28).
Keempat, tentunya setiap orang memiliki kesalahan. Bagi seorang remaja, ketika ia telah terjatuh dalam sebuah kesalahan maka hendaklah ia mengakui kesalahannya dan menjadikan taubat sebagai pintu pembuka untuk mendapatkan ridha dari Allah. Karena bisa jadi, menyimpangnya kepribadian seseorang disebabkan hal-hal yang telah jelas diakui kesalahannya. Sehingga bisa saja ia tersadarkan dari kesalahan yang pernah dilakukan. Semisal seorang yang telah terjerumus ke dalam lubang narkotika. Maka bisa saja ia tersadarkan dan mencoba utuk mencari jalan keluar atas problematikanya. Jalan keluar tersebut ialah berupa pintu taubat dan mengakui kesalahan kita kepada Allah Ta’ala. Ingatlah selalu firman Allah Ta’ala dalam QS. Asy Syura : 36-37 yakni. “Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal, dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf.”
Kelima, pembentukan karakter seseorang tidak terlepas dari doa. Doa tersebut terucap untuk mengaruniakan kebaikan atas diri orang tersebut. Perlu kiranya setiap orang terlebih para pemuda untuk memanjatkan doa agar dirinya senantiasa berada diatas akhlak yang baik. Sebagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga berdoa atas dirinya agar berperilaku baik, sebagaimana doa beliau “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-u kekokohan dalam agama ini, dan agar bertekad untuk selalu terbimbing. Aku juga memohon untuk bersyukur atas nikmat-Mu, kebaikan dalam ibadah kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu hati yang selamat dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau ketahui, serta berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon ampunan atas dosa yang Engkau ketahui.” (HR. An Nasa’i).
Maka apabila kelima hal tersebut dapat terlaksana secara bersama, kelak karakteristik pemuda-pemuda yang islami akan muncul di Indonesia. Pemuda yang senantiasa cinta damai, pemuda yang segala aktivitasnya didorong oleh rasa ikhlas, membantu sesame, dan menjadi para pemuda yang dirindu surga. Sebab kemuliaan yang paling tinggi selain dari keridhaan Allah dan kemuliaan memandang Wajah-Nya di akhirat kelak ialah menjadi pemuda yang dirindukan oleh surga.